Ini Salah Satu Contoh Sebuah Peristiwa Dimaknai Secara Baru dan Menjadi Tetap Aktual
BANGNES - Seminggu sebelum hari raya Natal, kita disuguhi sebuah kabar gembira dimana Putri Indonesia, Maria Harfanti berhasil meraih juara ke-3 Miss World 2015 di Sanya, China yang diikuti oleh 114 kontestan dari berbagai negara. Suatu prestasi yang sangat mengagumkan.
Ketika namanya disebut sebagai pemenang ke-3 pada ajang kompetisi dunia ini, Maria dengan tawanya yang ceria melangkah anggun sambil membuat tanda salib sebagai simbol puji syukur dan kemenangan seorang Katholik.
Secara pribadi dan sebagai seorang Katholik, saya melihat ada pesan yang disampaikan oleh Putri Indonesia tersebut bukan cuma untuk rakyat Indonesia tetapi juga untuk masyarakat dunia.
Sudah tentu sebagai wakil dari Indonesia, saya dapat bayangkan bagaimana pribadi Maria bangga sekali menjadi seorang wanita yang lahir dan dibesarkan di Indonesia, walaupun dia penganut agama minoritas Katholik. Untuk menjadi seorang popular, Maria tidak menjual keimanannya, seperti yang banyak orang lakukan demi harta, jabatan dan ketenaran.
Hal ini mengingatkan saya kepada sosok Ahok yang diminta untuk mengubah keimanannya menjadi seorang muslim oleh Adhyaksa Dault supaya Ahok kembali terpilih menjadi Gubernur DKI, tetapi permintaan tersebut ditolak oleh Ahok.
Untuk apa berpura pura menjadi seorang muslim bila bertujuan untuk memperoleh kemewahan duniawi??
Manusia dapat dibohongi dan dibodohi, tetapi Allah dapat melihat bersih atau kotornya isi hati kita. Bukankah sudah banyak pejabat negara yang menjual keimanannya berpura pura memperoleh hidayah tetapi akhirnya terbukti keburukannya, seperti pelaku utama sinetron Papa Minta Saham.
Saya percaya bahwa hidayah adalah milik Allah, jadi hidayah bukan untuk dimain mainkan apalagi dipaksakan hanya untuk mencapai kepuasan duniawi. Saya yakin puluhan juta pasang mata yang menyaksikan acara penobatan pemenang Miss World 2015 tertegun melongo melihat Maria Harfanti dari Indonesia tampil maju dengan tanda salibnya.
Di antara mereka mungkin berkata “Am I seeing what I'm seeing ??” atau mungkin sambil makan popcorn mereka juga saling bertanya “Is she Indonesian ?? I thought Indonesia is muslim country”.
Maria Harfanti telah “menampar” masyarakat negara barat yang selama ini selalu mencap Indonesia sebagai negara muslim yang para intolerant-nya sering melakukan tindakan anarki / kekerasan terhadap kaum minoritas. Maria telah membuktikan dan menunjukan bahwa dia bangga sebagai orang Indonesia beragama minoritas Katholik. Maria juga telah membuktikan kepada masyarakat dunia bahwa rakyat Indonesia tidaklah seperti yang mereka pikirkan. Apalagi mereka yang tinggal di negara negara yang selama ini pemerintahnya selalu mengeluarkan travel warning to Indonesia.
Belum lagi hilang dibicarakan orang, seminggu kemudian dunia maya dan media Indonesia pun dibuat geger dengan semakin banyaknya umat Muslim yang secara terang terangan tanpa malu tanpa sungkan tanpa takut mengucapkan Selamat Natal kepada umat Kristiani. Bahkan sekelompok umat muslim turut menghadiri perayaan Natal di gedung gereja, walaupun masih ada sebagian intoleran yang meng-haram-kan mengucapkan Selamat Natal dengan berbagai alasan.
Yang lucunya, ada sebagian intoleran yang mengancam Walikota Bandung Ridwan Kamil untuk tidak masuk ke gedung gereja untuk mengucapkan Selamat Natal. Namun, ancaman tersebut dianggap hanya angin lalu oleh orang nomor satu di Kota Kembang itu yang tetap hadir di gereja bersama umat Kristiani.
Pihak asing yang tidak suka dengan ketentraman dan yang ingin mengobok obok kerukunan agama di Indonesia harus bekerja lebih keras dan berpikir berulang kali. Paling tidak, mereka akan bekerja sama dengan para intoleran lokal yang kini hanyalah sekelompok nyamuk di selokan yang lari terbirit birit ketika mencium asap racun anti serangga.
Kami umat Kristiani benar benar merasakan begitu indahnya jalinan persaudaraan antar umat beragama di Indonesia. Natal bukanlah sebuah pesta hura hura dengan berbagai atribut pohon cemara, sinterklas, boneka, salju, apalagi bermabuk mabukan dan pesta sex.
Arti Natal yang sebenarnya adalah bentuk sebuah kesederhanaan dan cinta kasih yang mampu untuk tetap hidup di tengah tengah ketidakadilan dan penindasan. Spirit Natal yang sesungguhnya tidak hanya dirayakan setiap tahun sekali, melainkan harus ada di hati kita setiap hari dan setiap saat. (Raymond Liauw)